Pengalaman Mengajukan Visa Australia

April 2015

Sudah sejak tahun 2012 saya ingin berkunjung ke Australia, namun karena satu dan lain hal, keinginan tersebut baru akan terwujud di tahun ini jika Tuhan mengijinkan 🙂

Jika ingin berkunjung ke Australia, kita sebagai WNI wajib mengurus dulu aplikasi visa sebelum bisa memasuki negara kangguru itu. Post ini sengaja ditulis dalam bahasa Indonesia, karena memang ditujukan untuk orang-orang Indonesia. Disini akan saya ceritakan proses mengajukan visa Australia yang baru saja saya ajukan pada tanggal 2 April 2015 kemarin.

Untuk mengajukan visa australia, kita perlu menyiapkan dokumen-dokumen sebagai berikut :

– Form 1419 yang sudah dilengkapi, bisa diunduh di link ini.

– Foto berwarna 3×4 yang ditempel di formulir

– Fotokopi halaman depan paspor & bagian berisi cap-cap imigrasi dan visa dari negara-negara yang sudah kita kunjungi sebelumnya, serta halaman belakang paspor yang berisi informasi alamat dan nomor paspor lama kita (jika sudah pernah perpanjang). Paspor yang disertakan adalah paspor lama dan baru. Pada saat aplikasi, kita wajib membawa paspor asli untuk diverifikasi oleh petugas di AVAC.

– Fotokopi KTP, KK, Akte Lahir

– Bukti bahwa kita memiliki pekerjaan disini dan tidak akan mencari pekerjaan atau menjadi imigran gelap di Australia, seperti : ID card perusahaan, employer statement, NPWP, Bukti penyerahan SPT, Form SPT A21, Slip Gaji

– Bukti keuangan, seperti : rekening koran 3 bulan terakhir, surat referensi bank, limit kartu kredit

– Jika selama di Australia kita disponsori oleh teman atau saudara, baik itu dalam bentuk akomodasi atau pun biaya liburan, kita perlu menyertakan invitation letter/sponsor letter dari mereka. Jika kita hanya diberikan akomodasi (menginap) maka tidak perlu menyertakan bukti keuangan milik teman/saudara kita, cukup invitation letter saja. Namun, jika mereka membiayai liburan kita, maka harus dilampirkan bukti keuangan yang jelas.

– Biaya pembuatan visa sebesar Rp 1.460.000,- dan biaya logistik VFS Rp 183.000,- Nilai ini jika membayar secara tunai dengan rupiah, jika menggunakan kartu kredit maka tergantung kurs (biaya visa 130 AUD) dan terkena charge lagi sebesar 3%). Kita tidak bisa membayar tunai dalam mata uang AUD.

– Tiket pesawat pulang pergi Jakarta – Australia, bukti booking hotel dan pesawat domestik (jika ada)

– Itinerary selama di Australia serta perkiraan budget

Setelah mempersiapkan semua dokumen, kita bisa langsung datang ke kantor AVAC di Kuningan City lantai 2, pada jam 08.30-16.00 hari Senin-Jumat. Harap diperhatikan bahwa AVAC memiliki hari libur yang sedikit berbeda dengan hari libur nasional. Sebelum datang, silahkan cek hari libur mereka pada link berikut ini. Pengalaman saya, karena saya datang pukul 8 pagi dan bukan di musim liburan, saya mendapatkan no antrian kedua dan proses hanya berlangsung selama kurang dari 10 menit.

Aplikasi visa akan diproses selama 15 hari kerja, namun pengalaman saya, dalam 3 hari kerja saja visa sudah keluar (aplikasi sampai di AVAC Kamis, 2 April, 3&6 April hari libur Australia, 9 April sudah ada hasil). Waktu yang disarankan untuk mengajukan aplikasi visa adalah 3 bulan sebelum keberangkatan. Sewaktu saya mengajukan aplikasi visa, karena takut ditolak saya pun mengajukan lebih dari 3 bulan sebelumnya. (mengajukan bulan April, berangkat bulan Agustus) Hasilnya, Kedutaan Besar Australia pun memberi saya visa dengan tanggal yang salah, dimana disitu dituliskan Last Date to Arrive : 9 July 2015 (3 bulan sejak decision date), padahal saya baru akan berangkat di Bulan Agustus.

Sempat menelepon AVAC, namun mereka menjawab Visa tidak boleh diajukan lebih dari dua bulan sebelum keberangkatan. Padahal, sebelum saya lodge aplikasi visa, saya sudah menanyakan hal ini kepada AVAC dan dijawab bahwa saya bisa mengajukan aplikasi visa kapan saja, mengacu pada lama proses visa.

Akhirnya, saya pun langsung mengisi web form dari website kedubes Australia yang menyatakan complain mengenai tanggal visa saya, karena di formulir visa, sudah saya tuliskan akan datang ke Australia bulan Agustus dan sudah menyertakan tiket pulang pergi.

Email terkirim 9 April pukul 16.30 dan keesokan harinya, 10 April pukul 10.00 saya sudah menerima balasan dari kedubes Australia yang menyatakan permohonan maaf dan memberikan saya visa yang baru dan berlaku hingga Oktober 2015. Salut sekali atas pelayanan yang super cepat ini.

Sedikit tips dari saya untuk yang ingin mengajukan visa Australia :

– apabila memiliki dokumen yang lengkap, saya rasa cukup mengajukan visa tidak lebih dari 3 bulan sebelum keberangkatan, untuk menghindari kesalahan tanggal di visa, seperti yang saya alami

– namun apabila paspor masih kosong dan baru beberapa bulan bekerja (kurang dari satu tahun, seperti saya), tidak apa-apa jika mengajukan lebih dari 3 bulan sebelum. Toh kalaupun kedubes memberikan tanggal yang salah, bisa diurus dengan sangat mudah dan cepat.

– paspor harus berlaku minimal 1 tahun sebelum. Ini merupakan syarat dari VFS, sementara di form 1419 tertera : paspor berlaku minimal 6 bulan. Supaya aman, lebih baik ikuti saran VFS saja 🙂

– siapkan dokumen yang sangat-sangat lengkap untuk meyakinkan kedubes Australia menyetujui aplikasi visa kita. Pada saat saya mengajukan aplikasi, saya tidak menyertakan slip gaji karena sudah tercantum dalam rekening koran dan juga tidak menyertakan form A21 karena hilang. Namun, puji Tuhan, tidak ada masalah dalam aplikasi visa saya.

– saldo minimum tabungan harus mencapai 50 juta/orang tidaklah benar. Sebenarnya disarankan agar kita menyiapkan 100AUD x berapa hari yang akan kita habiskan di Australia. Tetapi supaya aman, kalikan dua saja jumlah tersebut supaya bisa lebih meyakinkan pihak Kedubes. Misal, kita akan menghabiskan 10 hari di Australia, maka uang yang harus kita siapkan 100 AUD x 10 hari x 10.000 Rupiah (tergantung kurs AUD) x 2 = Rp 20.000.000,-

– yang sangat diperhatikan kedubes adalah aliran kas kita sendiri. Jika ada transfer masuk ataupun keluar dalam jumlah besar selama 3 bulan terakhir, bisa jadi dapat membuat aplikasi visa kita gagal.

Semoga pengalaman ini dapat membantu yaa 🙂 Sukses!

A Glimpse of Heaven at Ora Beach Resort

I have never been to any place, any beach, which is more stunning than Ora Beach. It began from a short, random browsing in the afternoon, and I found Marischka Prudence’s blog where she posted many breathtaking pictures of Ora. It was a loooong way to go from Pattimura Airport, Ambon. We had to spend 1.5 hours to reach Port of Tulehu and 3 hours more on a ferry to reach Port of Amahai, Central Maluku.

IMG_1504

I advise you to choose the executive class for the ferry ride as it would be more comfortable compared to the economy class. Based on my experience, the executive class section was equipped with a TV and air conditioner, plus we were placed in a special area and there were not too many passengers in that area. After arriving at Amahai, we were picked up by a tour guide and we spent around 3 hours by car to reach Ora Island. It felt like forever as we had to go through a winding road and it began to get dark so the driver had to drive the car slowly. We thought that ride would be the last and we would reach Ora resort shortly, but we still needed to take a small boat, around 5 minutes to reach the resort as it is placed in the middle of the sea.

IMG_1519

IMG_1523

IMG_1554Mountain and Sea at one scene

IMG_1544Panoramic View

IMG_1596The Rooms

IMG_6396

IMG_6480

photo credit @jeftavito

We spent 2 nights at Ora Beach Resort. The next day, we were guided to visit snorkeling spots around the resort. There was no diving equipment available at Ora, but you will be very satisfied to explore just by snorkeling as the water was very clear.

IMG_6245

IMG_6501

Photo credit @jeftavito

IMG_1593

photo credit @irenenathalia

IMG_1579

IMG_1613

IMG_1626

And, sadly, we had to go back to Ambon city, though we still wanted to spend more time longer in Ora 😦

IMG_6498.jpg1

IMG_6495.jpg1

IMG_6492

Ora was really worth a visit, though we had to spend around 7 hours from Ambon city (not to mention 4 hours from Jakarta), it was all paid off once we saw the hidden paradise at Ora Beach. Our trip was all arranged nicely by Alvin, he is the owner of this resort. If you need more info about the tour and cost you may email me at natashaamadea29@gmail.com and I will share Alvin’s contact and all the budget plan from Jakarta.

Mount Seorak – Seoraksan Tourist Hotel.

SONY DSC

Mount Seorak might not be as famous as Nami Island, Jeju Island, or Seoul. But, I highly recommend you to visit this beautiful mountain once you arrive in South Korea. It is located at Seoraksan National Park, Sokcho, a small city near Seoul.

SONY DSC

I went there on March 11th 2013, it was early Spring and the temperature was about 9 Celcius Degree. To get to Sokcho City, we took the Intercity Bus from Dong Seoul Bus Terminal (if you use the SMRT, you need to disembark at Gangbyeon Station Line 2 and find Exit 4, then you will be directed to Dong Seoul.) We chose the non-stop bus that took around 3 hours to get to Sokcho Intercity Bus Terminal. You may find the transportation details (fares and timetables) by clicking this link and input Origin : Seoul (City : All), Destination : Gangwon-do (City : Sokcho).  The intercity bus is running between 06.25 to 23.00 18 times a day. After arriving at Sokcho Intercity Bus Terminal, we took the local bus no. 7-1, and disembarked at the last stop which is the Seoraksan National Park.

We arrived there at around 3 pm, because we just arrived at Incheon Airport at 11 am, it means we did not have much time left to be spent at Mount Seorak. So, we decided to take the cable car (round trip fare was KRW 9,000) to reach the Mount Seorak faster. The cable car was very big and we were surrounded by clear window glasses, so we were able to take many beautiful pictures freely.

SONY DSC

Seorak1It was a short and breathtaking ride, but the view in Mount Seorak was more beautiful than what we saw from the cable car.

SONY DSC

SONY DSC

SONY DSC

SONY DSC

Because it was starting to get dark, the officers “forced” us to hurry take the last cable car from Mount Seorak and go back to the park. Some people said that actually we could hike to the higher place and there will be more beautiful views up there. But since we arrived too late, we did not have time to hike. Too Bad.

We stayed at Seoraksan Tourist Hotel, which is located inside the Seoraksan National Park area, for one night because we think we would be able to spend more time at the park if we stay there. The hotel was old but clean, the staffs were all really nice but only one of them who was able to speak English. But, if you want to explore Sokcho city at night, I think you should book a room in the city, my recommendation would be The House Hostel as it’s quite cheap and located in the heart of the city. Plus, if you stay inside the park area like I did, you won’t find any restaurant open at 6pm and above. The worst part is, you will not find any public transportation operating above 6pm. I felt like I was isolated in the middle of nowhere at that time.The only way to go to the city and find some restaurants is by calling a cab, which is very expensive in South Korea.

IMG_0451

IMG_0452

We got a very good deal from Agoda for Seoraksan Tourist Hotel, 800,000IDR/night for a triple room. The hotel was very quiet and we were the only guests who stayed there at that night.